Friday, 26 April 2013

“Katanya....”



Uda pada nonton film “Tanah Surga, katanya..” . terharu banget dengan jalan ceritanya. Keren. Jempol buat filmnya. Sarat makna banget deh.  Problematika kemelaratan yang ironis di perbatasan di gambarkan begitu mendalam, rasa nasionalisme  yang di miliki harus di hadapi dengan pahit, dimana pemerintah ? tidak bisakan melihat bagaimana kehidupan masyarakat di perbatasan sana. Sungguh sangat ironis, bagaimana tidak ? mereka tidak mengenal rupiah, tau nya ringgit. Mereka lupa dengan lagu kebangsaan, hafal nya lagu lawas Koes Plus “Kolam Susu”.
Tanah surga, katanya... ya.  Negeri ini sungguh sangat kaya raya. Film garapan sutradara Herwin Novianto dan di produseri oleh Deddy Mizwar, di tambah pemain-pemain yang sangat ciamik. Sentuhan musik tradisional dan Keindahan alam Kalimantan Barat yang eksotis terlihat begitu megah dan indah.
Cerita tentang seorang kakek (Hasyim) yang tinggal dengan kedua cucunya (Salman dan Salina) yang tinggal di perbatasan Indonesia dan Malaysia. Ayah (Haris) kedua anak tersebut, sudah lama merantau ke Malaysia dan sudah membuka usaha sendiri disana, mengajak serta anak nya untuk pindah kesana, tapi Salman bertekad untuk tetap tinggal bersama sang kakek.
Yang membuat saya terharu, ketika melihat Salman yang  memiliki nilai nasionalisme yang sangat tinggi, berlari membawa Sang Saka Merah putih yang ditukarnya dengan sarung di pasar malaysia, dengan di iringi lagu “Tanah Air” sebagai backgroundnya.
Tidak hanya itu yang sangat menarik dan buat merinding ketika Salman membacakan puisi di depan para Pejabat yang berkunjung ke daerah nya, berikut puisi nya :
“bukan lautan hanya kolam susu, katanya..
Tapi kata kakekku hanya orang-orang kaya yang bisa minum susu
kain dan jala cukup menghidupimu,katanya..
Tapi kata kakekku, ikan-ikan kita di curi oleh banyak negara
Tiada badai tiada topan kau temui, katanya...
Tapi kenapa ayah ku tertiup angin ke Malaysia
Ikan dan udang menghampiri dirimu, katanya...
Tapi kata kakekku, awaass !! ada udang di balik batu
Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman, katanya...
Tapi kata dokter intel belum semua rakyatnya sejahtera, banyak pejabat yang menjual kayu dan batu untuk membangun surganya sendiri...”
*prok-prok* spontan tepuk tangan yang luar biasa untuk puisi ini, makna begitu mendalam. Tidak taukan pemerintah tentang itu semua ? atau hanya diam menyaksikannya ??  kemana hasil semua kekayaan negeri ini ? bukankah tanah surga katanya.. ? semoga pemerintah sadar dan membuka mata nya untuk melihat fenomena yang terjadi di negeri ini.
Kejadian miris seperti itu tidak hanya terjadi di perbatasan negara saja, tapi juga terjadi di berbagai belahan negeri ini,banyak anak-anak yang sekolah dengan seadanya dan malah masih banyak yang tidak bisa sekolah. Masih banyak  orang sakit yang di diami di rumah dengan alasan rumah sakit yang  jauh dan mahal nya biaya pengobatan. Apa yang harus di lakukan untuk negeri yang tanah surga katanya, untuk menuju kesejahteraan rakyatnya ? {}
*sumber : http://m.kompasiana.com/post/film/2012/08/27/film-tanah-surga-katanya-iron-kebangsaan-dalam-kemelaratan-di-perbatasan/

No comments:

Post a Comment