Wednesday, 14 February 2018

Surat Cinta Untuk Sang Diri

Padamu ingin kuutarakan kata yang belum sempat kusampaikan sebelumnya. Tak perlu kutanyakan kabarmu karena sungguh aku mengetahui apa yang masih menggantung di benakmu saat ini dan selalu dapat kupahami arti dari setiap desahmu. Sepertimu yang juga selalu setia menemani setia langkah yang kulalui. Kamu bukan belahan jiwaku tapi kamulah jiwaku, kamu bukan separuh aku tapi kamu sepenuhnya aku.

Kadang kala aku merasa belum terlalu dalam mengenalimu, entah kamu yang nyaman bersembunyi di balik aku sehingga sulit bagiku untuk membacamu atau aku yang kadang tak peduli dengan adanya kamu. Ya itu. Seringnya aku yang terlalu sibuk memikirkan menjadi orang lain sehingga lupa dengan sosokmu, kadang terlalu peduli dengan deritan sumbang yang datang dari luar sehingga enggan mendengar suara lirihmu, sibuk mencari pembenaran dan keyakinan dari orang dan mulai meragukanmu, tak jarang aku hanya mengikuti hingga lengah ternyata bisa menuntun diri. Maaf karna mungkin seringku mengabaikanmu. Lihatlah, bahkan kata yang sesederhana itu hampir tak terbesit untuk kulafalkan.

Terimakasihku karena kamu sudah membuat hidupku bermakna, penuh warna dan menyadarkanku bahwa ada banyaknya cinta yang kumiliki.

Taukah kamu? bersepakat denganmu itu salah satu hal yang sulit bagiku, bisa saja dengan mudahnya kumengingkari segalanya, tapi kamu tak pernah gerah mengingatkanku untuk tidak goyah pada pendirian. Kamu mampu membuatku kagum dengan bagaimana apiknya kamu berdamai dengan keadaan dan itu membuatku mantap bahwa mencintaimu adalah keharusan. Satu hal yang pasti kuingat saat aku dan kamu sama-sama sependapat bahwa salah satu hal yang terpenting dalam hidup ini adalah menjadi sehat dan berbahagia.

Aku yang menyayangimu wahai sang diri.