Tuesday, 21 March 2017
Melayang Kata di Hari Puisi
Hinggap sebentar di lenganmu tuan
Jas hitam ke abu-abuan
Teduh ruang temaram
Bunyi giris tersapu hujan
Tepi jengah tanda tanya
Saya-sayap tak gentar
Bias melayang temu cahaya
Kembali
Asa melambai-lambai.
21/3
Friday, 17 March 2017
Maaf Tak Terduga
Suatu malam, saat lagi sibuk dengan suatu acara di televisi, pikiranku melayang ke beberapa tahun silam. Entah karena rindu tiba-tiba saja teringat akan peristiwa di suatu pagi.
Pagi di bulan maret beberapa tahun lalu, aku yang lagi sibuk menyiapkan segala sesuatu keperluan untuk berangkat ke kota tempat aku kuliah, waktu itu lagi mudik ke kampung untuk mengurus suatu keperluan dan lain hal. Pagi berlalu seperti biasanya, sama seperti pagi-pagi lain tiap kali aku mau berangkat.
Tiba-tiba nenek keluar dari kamar dan duduk di depan kamarnya memanggil ku dan berkata "sudah mau berangkat ya?" Aku hanya mengangguk, dia melanjutkan "hati-hati, semoga selamat sampai tujuan dan sukses terus. Saya mau minta maaf atas semua kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak. Sekarang ini saya lagi kurang sehat, usia saya sudah lanjut dan tak pernah tau kapan ajal menjemput. sekali lagi saya minta maaf, mungkin kita tidak bisa lagi berjumpa." Ujarnya, sambil memelukku dan menyeka air matanya.
Aku melihat abang yang berdiri tak jauh dari kami seakan tak percaya mendengar ucapan itu. Aku yang bingung hanya berkata sambil memeluknya "iya, dimaafin. maafkan aku juga kalau banyak salah selama ini, aku doain nenek sehat selalu." Aku masih bingung dan tidak percaya. Lalu ku ceritakan kejadian tersebut pada ibuku, beliau kaget dan nampak ada makna tersirat di wajahnya yang tidak ku mengerti saat itu.
Dua minggu setelah kejadian itu, aku mendapat kabar bahwa beliau telah pergi. Pergi jauh, kembali kepada Sang Pecipta. Kaget. Sedih pasti. Dia yang bersahaja telah pamit pergi dan tak kan kembali.
Dalam perjalanan pulang akhirnya ku mengerti, firasat itu pertama datang saat dia memelukku dan mengucapkan kata maaf terakhirnya padaku. Hujan tak dapat dibendung lagi, pilu rasanya hati, kenangan dengannya satu persatu muncul kembali, cerita2nya terngiang lagi.
Seperti malam itu, pikiranku terbang kembali ke di suatu pagi, di suatu hari. Tidak. Mungkin terbawa jauh ke masa-masa disaat kami bersama-sama, bercerita.
Mungkin ku merindukannya.
Kukirimkan doa untuknya dan terimakasihku yang belum sempat ku ucapkan dulu. Terimakasih uda semua yang terbaik yang telah kau lakukan untuk ku, terimakasih untuk dongeng2 sebelum tidur dikala ku kecil dulu, terimakasih atas pengertian dan kasih sayang.
Terimakasih sudah merawat, menjaga, menghibur dan mengajari banyak hal. Terimakasih untuk tetap tegar.
Nenek doaku untuk mu selalu. Semoga kau berbahagia disana !!
Thursday, 16 March 2017
Memang Kenapa Bila Aku Perempuan
Angin kemana kan mengarah
Membangun jiwa yang haus cerita
Keinginan mengetahui dunia
Mengabaikan rasa cinta dalam jiwa
Semua berawal dari mimpi
Membangun jiwa yang haus cerita
Keinginan mengetahui dunia
Mengabaikan rasa cinta dalam jiwa
Semua berawal dari mimpi
Hanya kita yang bisa mewujudkan
Sampai dimana batasnya pengorbanan
Sedang pengabdian tak pernah terhenti
Aksara yang menari di atas awan
Cukup jelas menuliskan harapan
Memang kenapa bila aku perempuan
Aku tak mau jadi budak kebodohan
Cinta bicara halusnya perasaan
Hadir tanpa diundang dan dipaksakan
Memang kenapa bila aku perempuan
Aku tak mau jadi budak kebodohan
Biduk ilalang pun berlagu
Memberi restu pada harapanmu
Pandanganmu jauh luas membentang
Meyakini habis gelap pasti terang
Aksara yang menari di atas awan
Cukup jelas menuliskan harapan
Memang kenapa bila aku perempuan
Aku tak mau jadi budak kebodohan
Cinta bicara halusnya perasaan
Hadir tanpa diundang dan dipaksakan
Memang kenapa bila aku perempuan
Aku tak mau jadi budak kebodohan
Sedang pengabdian tak pernah terhenti
Aksara yang menari di atas awan
Cukup jelas menuliskan harapan
Memang kenapa bila aku perempuan
Aku tak mau jadi budak kebodohan
Cinta bicara halusnya perasaan
Hadir tanpa diundang dan dipaksakan
Memang kenapa bila aku perempuan
Aku tak mau jadi budak kebodohan
Biduk ilalang pun berlagu
Memberi restu pada harapanmu
Pandanganmu jauh luas membentang
Meyakini habis gelap pasti terang
Aksara yang menari di atas awan
Cukup jelas menuliskan harapan
Memang kenapa bila aku perempuan
Aku tak mau jadi budak kebodohan
Cinta bicara halusnya perasaan
Hadir tanpa diundang dan dipaksakan
Memang kenapa bila aku perempuan
Aku tak mau jadi budak kebodohan
🎶 Memang kenapa bila aku perempuan - Melly Goeslaw feat Gita Gutawa
Subscribe to:
Posts (Atom)